Reporter
: Erwin Saputra - Andi Wardayanto
Juru Kamera : Dedi Suhardiman
Produser : Widayat S. Noeswa
Tayang : Senin, 19 Mei 2008, Pukul 12.30 WIB
Juru Kamera : Dedi Suhardiman
Produser : Widayat S. Noeswa
Tayang : Senin, 19 Mei 2008, Pukul 12.30 WIB
indosiar.com, Jakarta - Kini setelah 100 tahun
bangsa Indonesia menorehkan tonggak sejarah kebangkitan untuk bebas dari
belengu penjajahan. Kondisi bangsa dan negara Indonesia masih diwarnai berbagai
persoalan berat. Angka kemiskinan dan pengangguran masih tinggi. Tingkat pendidikan
juga masih rendah. Namun dibalik itu semua, banyak anak-anak bangsa yang
berhasil mengukir prestasi di dunia internasional. Mereka tidak terkendala oleh
keadaan.
Meski sudah 62 tahun
Indonesia merdeka dan tepat 100 tahun bangsa Indonesia merintis sebuah era
kebangkitan, namun dunia pendidikan Indonesia masih menghadapi berbagai
persoalan mendasar.
Trikulum yang berubah
setiap ganti menteri, standarisasi sistem kelulusan, infrastruktur gedung dan
peralatan yang tidak layak hingga anggaran pendidikan yang minim. Namun dibalik
itu puluhan anak - anak Indonesia berhasil meraih prestasi di kanca
internasional diberbagai bidang dari fisika, matematika, biologi, olahraga
hingga seni.
Salah satunya adalah
Stefano Chiesa Suryanto, pelajar kelas 5 SD Santa Theresia Jakarta Pusat ini
memiliki prestasi yang luar biasa. Prestasi paling gemilang adalah saat ia
berhasil memperoleh medali emas dan mendapat penghargaan The Best Theory dalam
Olympiade matematika untuk tingkat Sekolah Dasar tahun 2007. Yang lebih membanggakan
Stefano merupakan peserta termuda dan berhasil meraih medali emas sekaligus
mendapatkan nilai tertinggi.
Piala - piala ini dan
penghargaan dalam bentuk medali serta piagam ternyata baru sebagian saja dari
sejumlah penghargaan yang diperolehnya. Stefano mulai mengukir prestasi sejak
kelas 3 SD ketika mengikuti kompetisi matematika terbuka tahun 2005 dan
berhasil menjadi juara I.
Padahal saat itu
orangtuanya sangat tidak yakin Stefano akan menjadi juara, karena dia harus
mengalahkan ratusan peserta. Setelah itu berbagai kejuaraan mulai dari tingkat
nasional hingga internasional selalu ia ikuti dan mendapatkan gelar juara.
Bagi anak - anak seusia
Stefano mungkin merasa susah dan seram ketika berhadapan dengan matematika.
Namun tidak bagi Stefano matematika dengan angka - angka sebagai hurufnya
justru merupakan bahasa yang indah sekaligus penuh tantangan.
Peran kedua orangtua
dalam mendidik Stefano hingga mencapai prestasi ini sangat besar. sejak kecil
orangtuanya menanamkan nilai kerja keras dan disiplin tinggi kepada anak -
anaknya.
Berbeda dengan seorang pelajar kelas 1 SMA K Penabur 1 Jakarta ini. Anak yang dikenal kalem ini disegani oleh teman - temannya karena kecerdasannya. Kevin Winata namanya. Anak pertama dari tiga bersaudara ini pada bulan April lalu berhasil merebut medali emas Olympiade Fisika Tingkat Asia di Mongolia. Meraih medali emas tentu merupakan kebanggaan bagi Kevin, apalagi ia membawa nama bangsa ke kanca internasional.
Berbeda dengan seorang pelajar kelas 1 SMA K Penabur 1 Jakarta ini. Anak yang dikenal kalem ini disegani oleh teman - temannya karena kecerdasannya. Kevin Winata namanya. Anak pertama dari tiga bersaudara ini pada bulan April lalu berhasil merebut medali emas Olympiade Fisika Tingkat Asia di Mongolia. Meraih medali emas tentu merupakan kebanggaan bagi Kevin, apalagi ia membawa nama bangsa ke kanca internasional.
Kevin juga menerima
bantuan uang sebesar 10 juta rupiah dari Departemen Pendidikan Nasional.
Sebelumnya Kevin berjuang keras untuk meraih medali emas ditingkat propinsi dan
nasional dalam Olympiade Sains Nasional.
Berbagai hadiah diraihnya
seperti medali emas, piagam dan sejumlah uang. Bagi Kevin fisika adalah mata
pelajaran yang mudah dipahami. Belajar fisika berarti belajar tentang kehidupan
disekitarnya. Belajar tentang fisika tidak selalu harus dimelototi rumus -
rumus yang berbelit, melainkan pelandasan konsep yang kuat.
Awalnya Kevin iseng -
iseng ikut kejuaraan fisika ditingkat propinsi. Ketika itu ia masih duduk
dikelas 2 SMP. Dari sinilah Kevin terus mengasah kemampuannya sambil mengikuti
kegiatan kursus - kursus fisika.
Untuk berbagi ilmu tidak
jarang ia menjelaskan dan memecahkan soal fisika kepada rekan - rekannya
dikalang kelas. Pelajaran menghafal merupakan pelajaran yang sulit bagi Kevin.
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dianggap pelajaran yang memerlukan waktu
lama.
Berkat prestasinya Kevin
akan buktikan dalam lomba kejuaraan fisika internasional bulan Juni mendatang.
Dia akan tersaing dengan pelajar dari 83 negara di dunia.
Segmen II
Farid Firmansyah, seorang pelajar SMP di Bekasi, Jawa Barat
berhasil menjadi juara dalam kejuaraan catur pelajar internasional. Walaupun
orangtuanya hanyalah pedagang kecil, namun semangat Farid tidak pernah surut
untuk meraih prestasi tertinggi.
Prestasi internasional
didunia olahraga memang sangat minim, bahkan hampir setiap tahun diberbagai
cabang olahraga yang dipertandingkan tidak menunjukan hasil yang
menggembirakan. Dari berbagai cabang olahraga tidak banyak lomba yang menjuarai
di dunia internasional.
Namun seorang pelajar
kelas 3 sebuah SMP di Bekasi, Jawa Barat mampu meraih prestasi luar biasa.
Namanya Farid Firmansyah, ia berhasil menjadi juara catur dunia tingkat pelajar.
Farid Firmansyah merupakan anak kedua dari 3 bersaudara.
Sosok Firman dikenal
pendiam, jika ia menang dalam pertandingan catur, uang hasil jerih payahnya
selalu diberikan kepada orangtuanya. Ia mulai mengenal dunia catur yang masih
duduk dikelas 3 SD. Firman hampir setiap hari bermain catur dengan siapa saja.
Sang ayah yang berprofesi sebagai pedagang rokok di warung yang melihat bakat
dan kemampuan anaknya langsung menyekolahkan ke Sekolah Catur Utut Hadianto.
Penghargaan ini merupakan
kebanggaan Firman selama ia menjadi juara ditingkat nasional dan internasional
dibidang olahraga catur. Dalam keseharian selain mengikuti kursus catur selama
6 jam sehari, Firman juga membantu ayahnya berjualan rokok di warung.
Rumah ini dibeli dari
uang hadiah Farid saat menjadi juara dunia catur ditingkat pelajar. Sebelumnya
ia dan keluarganya tidur di gerobak warung. Farid sendiri mendapat prioritas
dari sekolahnya karena ia tidak sepenuhnya mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Setiap dua minggu sekali Farid mendapatkan pelajaran tambahan melalui guru
sekolah yang datang ke rumahnya.
Untuk terus mengasah dan
meningkatkan kemampuannya Farid membaca buku - buku catur dan bermain catur
dengan menggunakan komputer. Orangtua Farid berharap anaknya dapat meraih gelar
grand master yang akan dipertandingkan pada tingkat kejuaraan catur tahun ini
prestasi yang diukir oleh sang guru catur Indonesia untuk Utut Hadianto.
Duta Kecil dari Pontianak
Bryan Jenvoncia, anak berusia 6,5 tahun asal Pontianak,
Kalimantan Barat berhasil memenangkan lomba desain perangko yang diadakan
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Dia berhasil mengalahkan 12 ribu pesaingnya
yang datang dari 124 negara. Hasil karya Bryan akan menjadi perangko resmi
Perserikatan Bangsa Bangsa.
Dilihat sekilas tidak ada
yang istimewa dari sosok Bryan, bocah yang masih duduk dibangku kelas 2 Sekolah
Dasar ini. Setiap hari sepulang sekolah, Bryan langsung bermain layaknya anak
seusianya atau bermain dengan kakaknya.
Prestasi Bryan memang patut
dibanggakan yang menjadi pemenang dalam lomba desain perangko Perserikatan
Bangsa Bangsa (PBB) bertajuk We Can End Poverty, sehingga Bryan mendapat
penghargaan dari Sekjen PBB Ban Ki Moon di New York, Amerika Serikat pada 17
Oktober tahun lalu.
Sebenarnya Bryan dan
orangtuanya tidak menduga akan berhasil menjadi pemenang, karena Brayn harus
mengalahkan 12 ribu peserta dari 124 negara. Lukisan Bryan berlatar belakang
anak-anak yang bermain dengan memanfaatkan potongan kain bekas jahitan ibunya.
Sementara sang ibu terlihat sedang menjahit baju.
Bryan sempat menghadapi
masalah saat akan berangkat ke Amerika Serikat bersama kedua orangtuanya karena
harus dengan menanggung biaya sendiri. Namun setelah melalui perjuangan berat,
akhirnya Pemda Provinsi Kalimantan Barat bersedia menanggung biaya
keberangkatan Bryan bersama ibunya untuk menerima penghargaan Sekjen PBB.
Sepulang dari Markas
Besar PBB, hal yang sangat membanggakan buat Bryan adalah diundang oleh
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Istana Negara. Karena sejak dahulu, Bryan
bercita-cita ingin bertemu dengan presiden. Saat bertemu Bryan, presiden
berpesan agar Bryan tidak boleh puas dengan apa yang telah diraihnya. Bryan
juga harus meningkatkan prestasi lainnya seperti prestasi di sekolah.
Sepulang dari bertemu
dengan presiden, Bryan semakin termotivasi untuk terus giat belajar. Di rumah,
ia tidak bisa bersantai. Bryan belajar dengan bimbingan guru private yang
setiap hari datang ke rumahnya. Hasilnya tidak sia-sia, Bryan berhasil menjadi
juara kelas. Kemampuan melukis Bryan menurun dari ibunya. Karena sang ibu
Rosalina merupakan lulusan D3 jurusan desain dari sebuah perguruan tinggi
swasta di Jakarta.
Talenta Bryan sudah
nampak sejak dia berusia 3 tahun. Sejak kecil ia senang mencorat - coret
dinding rumahnya. Bryan yang tinggal disebuah rumah toko di Jalan Sumatera,
Pontianak ini juga kerap didatangi teman-temannya untuk belajar melukis. Kini
Bryan mulai mencoba melukis diatas kanvas. Menurut Bryan, melukis diatas kanvas
lebih menantang dan mengasyikan karena membutuhkan keuletan dan jiwa
kreativitas yang tinggi. Kini Bryan sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti
kompetisi melukis bergensi pada bulan Juni di Manila, Filipina.
Bryan berharap bisa
kembali mendulang sukses. Bryan telah mengoleksi puluhan piala dan berbagai
perlombaan melukis ataupun prestasi di sekolah yang pernah diraihnya. (Dv/Sup)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar